Catatan Ringan. Sering kali dalam bulan Ramadhan kita dengar ceramah tentang lailatul qadar. Diceritakan pada malam lailatul qadar apabila kita beribadah maka akan diganjar berlipat sampai setara dengan 1.000 bulan, maka ramai-ramailah kita menyongsongnya dengan memperbanyak ibadah pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Sering digambarkan konon seseorang yang bertemu dengan lailatul qadar tersebut seperti melihat cahaya yang terang atau seperti langit yang terbelah, walau terkadang bertemunya dalam mimpi.
Yang jadi pertanyaan saya antara lain:
- Mengapa turunnya pada 10 malam terakhir
- Apa bertemu lailatul qadar tersebut seperti bertemu dengan “sesuatu” semacam benda (sebentuk cahaya) atau sesuatu yang bisa dirasakan yang turun di tempat kita? Terus kalau turunnya di tempat kita apa tidak lagi turun di tempat lain atau negara lain, atau turunnya dimana-mana?
Saya agak lega setelah mendapatkan penjelasan yang sedikit berbeda seperti yang saya kutip dari Agus Mustofa di bawah ini:
Lailatul Qadar adalah puncak ibadah Ramadhan, sebuah malam yang datang di aklhir bulan suci, dimana para Malaikat dan Malaikat Jibril turun untuk mengatur segala urusan yang penuh hikmah. Yaitu hikmah yang terkandung di dalam Al Qur’an sebagai petunjuk kehidupan.
Perintah berpuasa di bulan Ramadhan sangat berkait erat dengan turunnya Al Quir’an, karena di bulan suci itu turun Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, maka umat Islam diperintahkan untuk berpuasa selama sebulan penuh.
Q.S. Al Baqarah (2) ayat 185:
Bulan Ramadhan, (adalah) bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu barangsiapa diantaramu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu, …
Sehingga kita disuruh berpuasa di bulan Ramadhan karena di bulan itu turun Al Quir’an, pada suatu malam yang sangat mulia, Lailatul Qadar.
Q.S. Al Qadar (97) ayat 1-5:
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Karenanya Rasulullah menganjurkan kita untuk membaca Al Qur’an di sepanjang bulan Ramadhan, dan teristimewa pada 10 malam terakhir, saat-saat dimana kita memasuki tahap puncak puasa, jiwa kita sudah semakin suci, dampak dari berpuasa selama 20-an hari.
Maka ketika kita membaca Al Qur’an dengan penuh khusuk (tidak perlu nyaring), para malaikat dan Jibril akan turun menyampaikan isi kandungan Al Qur’an kepada siapa saja yang sedang mengkajinya, itulah yang disebut sebagai Al Hikmah, pemahaman yang mendalam terhadap isi Al Qur’an.
Karena itu, yang menyampaikannya adalah malaikat Jibril sendiri dengan diiringi para malaikat lainnya. Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu, tetapi kali ini yang disampaikan adalah bukan redaksi Al Qur’an tetapi isi kandungannya, sebagai petunjuk kehidupan.
Q.S. Al Baqarah (2) ayat 269:
Allah menganugrahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dikehendaki Al Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.
Q.S. Az Zukhruf (43) ayat 4:
Dan sesungguhnya Al Qur’an itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi dan amat banyak mengandung hikmah.
Q.S. Ad Dukhaan (44) ayat 2-4:
Demi kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan (petunjuk kehidupan), sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang penuh berkah dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi pelajaran. Pada malam yang penuh hikmah.
Dengan demikian kegalauan saya seperti dua pertanyaan saya di atas sudah bisa terjawab:
- Mengapa pada 10 malam terakhir, hari ke 21 dan seterusnya. Karena diperlukan kemantapan hati dan jiwa dengan rajin shalat, puasa dan baca Al-Qur’an selama 20 hari pertama bulan Ramadhan, nabi Muhammad SAW sendiri sampai gemetar badannya ketika pertama menerima wahyu, begitu dahsyatnya hikmah yang terkandung di dalamnya. Saya pun teringat pada sekitar bulan Agustus 2008 di tempat tinggal kami diselenggarakan acara Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun, intinya untuk membiasakan masyarakat agar selalu membersihkan tangan pakai sabun agar kesehatan selalu terjaga. Pada kegiatan tersebut setiap orang dalam keluarga disuruh, bahkan dicatat dalam sebuah laporan, agar setiap sebelum makan, sesudah makan dan kegiatan lainnya yang bisa mengotori tangan harus dibersihkan dengan sabun dan air mengalir (kran ledeng). Kegiatan tersebut dilakukan selama 21 hari. Yang menariknya kenapa mesti 21 hari? Menurut narasumbernya, menurut hasil penelitian, kalau kita membiasakan (walau dipaksa) melakukan sesuatu secara terus menerus selama 21 hari maka hari berikutnya kebiasaan tersebut akan menjadi kebiasaan yang sudah mantap tidak perlu dipaksa/disuruh lagi.
- Seperti apakah lailatul qadar tersebut, ternyata bukan seperti yang selama ini saya bayangkan, bukan sesuatu yang bisa terlihat, karena ia adalah sebuah pemahaman yang dalam yang masuk ke hati dan fikiran kita sehingga kita mendapatkan pemahaman yang dalam, pemahaman yang benar tentang isi Al-Qur’an, sehingga siapa pun dan dimanapun lokasinya bisa mendapatkan pemahaman tersebut apabila dniatkan, berdo’a dan mempersiapkan diri sejak hari pertama Ramadhan, bukan cuma 10 malam terakhir saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar